![]() |
Zumara W Kutarga |
Ia seorang pribadi yang memiliki komitmen moral yang dilandasi ajaran agama yang dianutnya. Karir kasubid sarana BAPPEDA Aceh Tengah ini berawal dari belajar keras dan berorganisasi. Ketika masih sekolah menengah pertama dia telah dipercaya menjadi pemimpin.
Kemudian dalam karir birokrasi dan kemasyarakatan namanya tetap bersinar. Zumara W Kutarga, atau lebih dikenal dengan "Jujuk/Joetarga" ini, merupakan salah satu dari sekian banyak kader terbaik calon pemimpin masa depan di dataran tinggi Gayo.
Zumara W Kutarga atau yang biasa disebut dengan “Jujuk” tidak hanya dikenal sebagai aktifis lingkungan yang aktif dan kreatif, sebagain besar masyarakat di wilayah Aceh Tengah mengenal sosok beliau. Ia juga dikenal tidak hanya dekat dengan struktur organisasi birokrasi, tetapi juga cukup dikenal dikalangan organisasi kepemudaan, olah raga dan lingkungan hidup.
Pria yang memiliki darah asli Gayo ini, sudah memperlihatkan bakat kepemimpinannya sejak ia duduk di bangku SMP. Alumnus SMP Negeri 1 Takengon ini kemudian membuktikan komitmennya bagaimana membangun dan membentuk generasi muda yang berkarakter dengan cara mendekatkan generasi muda kepada lingkungan agar mereka lebih mencintai lingkungan hidup, Olah raga Panjat Tebing menjadi populer di Aceh Tengah, sehingga tidak berlebihan jika beliau terpilih sebagai Ketua Harian Pengcab FPTI di Aceh Tengah.
“Jujuk” Alumni Universitas Islam Bandung-Jawa Barat dan USU-Medan ini juga kerap kali mejadi nara sumber dalam kegiatan Disaster Mitigation Training (DMT). Berbicara soal MDT (Training Mitigasi Bencana) beliau mengatakan “Harga diri sebuah bangsa adalah ketika bangsa itu bisa mandiri dalam segala hal, melalui Disaster Mitigation Training (Training Mitigasi Bencana) kita bisa menumbuhkan semangat, kesadaran serta pemahaman yang baik tentang berbagai hal dalam menghadapi dan menangani bencana, sebagai bentuk kepedulian bersama terhadap pengurangan resiko dan penanggulangan bencana alam.
“Untuk menghadapi potensi dan kompleksitas bencana di Indonesia perlu adanya upaya peningkatan ketahan komunitas dalam pengurangan resiko bencana yang mengacu pada perangkat legal berupa Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penaggulangan bencana, dengan menggunakan parameter monitoring penerapan Hyogo Framework for Action 2005-2015 (HFA) yang dikembangkan oleh United Nation-International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR), dirasa perlu upaya pengembangan komunitas dalam upaya pengurangan resiko becana di Indonesia, terutama di dataran tinggi gayo”, demikian Zumara W Kutarga menjelaskan.
Kepiawaiannya dalam berkomunikasi, melayani dan membantu banyak kalangan telah membawa “Jujuk” sebagai salah satu sosok yang bergaul disemua lapisan, berbicara Kopi Gayo, beliau mengatakan “Kopi Gayo itu seperti KTP” Selalu ada dan dibawa kemanapun kita pergi. Hal ini dilakukan bukan saja sebagai persediaan bagi kebutuhan sendiri, tetapi juga sebagai media untuk “memperkenalkan/mempromosikan” wilayah gayo dan potensinya kepada kenalan baru. “Bagi saya Kopi itu bukan hanya sebuah komoditas pertanian, lebih dari itu, kopi adalah media untuk memperluas komunitas pergaulan dan persahabatan, lebih penting lagi Kopi Gayo adalah komoditas ekonomi yang harus terus di populerkan, dan ini menjadi tugas kita bersama”
Beliau juga mengajak semua kalangan untuk aktif membantu mempromosikan parawisata dan budaya gayo di luar daerah, agar satu ketika dataran tinggi gayo menjadi tujuan wisata bukan hanya oleh wisatan domestik tetapi juga wisatawan manca Negara, dan salah satunya melalui Kopi Gayo. Menurut beliau “Bagaimana usaha kita bersama agar nilai ekonomi kopi gayo terus meningkat, sehingga petani kopi menjadi terbantu dan mendapatkan harga yang sesuai”. Selama ini masyarakat kita secara umum masih menjual kopi dalam bentuk biji, karena kopi gayo adalah komoditas ekspor maka harganyapun sangat ditentukan oleh pasar internasional.
Semua kita dimanapun berada, pastikan melangkapi diri dengan bubuk kopi gayo “Kopi Gayo seperti KTP” Karena dengan cara itu kita bisa memperkenalkannya disemua tempat kepada semua kalangan, karena impian terbesarnya adalah Kopi Gayo menjadi “Primadona” di negeri sendiri karena dengan cara itulah harga kopi dalam waktu yang panjang tidak semata-mata ditentukan oleh pasar global. Kita semua harus tahu kopi gayo yang keluar daerah adalah kopi dengan kualitas baik, dan mengalami nasib yang memprihatinkan ketika harus berganti merk dan berganti karung sampai di kota medan sebelum memasuki pasar internasional.
Karya Photografi yang beliau publikasikan tentang keindahan dan serba serbi dataran tinggi gayo melalui media online, adalah merupakan cara lain dalam mempromosikan kawasan ini. “Foto-foto itu hanyalah bagian dari hoby namun demikian saya bersyukur jika foto-foto itu bisa memberikan informasi baru kepada masyarakat yang belum pernah berkunjung ke dataran tinggi gayo, tentu kami dan seluruh warga masyarakat di wilayah gayo akan melayani mereka dengan ramah dan santun” terkait adakah rencana untuk menggelar pameran tunggal atas karya photografi itu beliu mejawab singkat “kita lihat saja nanti…semoga ya hahaha”.
Terkait rencana kedepan dalam karirnya sebagai salah seorang birokrat di Aceh Tengah. dengan rendah hati Zumara W Kutarga, ST. M.Si ini mengatakan “ Saya hanyalah seorang staf, seorang pekerja, dan saya tidak akan pernah bisa bekerja sendiri, kalaupun ada keberhasilan, ini adalah keberhasilan bersama, jika ada yang masih kurang, kita harus terus berbenah diri “Jika anda ingin menjadi raja di satu masa, maka mulailah belajar melayani sejak hari ini” Demikian Zumara W Kutrga menutup dialog dengan Kenbumi Online/[Ridha Fuadi]
Zumara W Kutarga atau yang biasa disebut dengan “Jujuk” tidak hanya dikenal sebagai aktifis lingkungan yang aktif dan kreatif, sebagain besar masyarakat di wilayah Aceh Tengah mengenal sosok beliau. Ia juga dikenal tidak hanya dekat dengan struktur organisasi birokrasi, tetapi juga cukup dikenal dikalangan organisasi kepemudaan, olah raga dan lingkungan hidup.
Pria yang memiliki darah asli Gayo ini, sudah memperlihatkan bakat kepemimpinannya sejak ia duduk di bangku SMP. Alumnus SMP Negeri 1 Takengon ini kemudian membuktikan komitmennya bagaimana membangun dan membentuk generasi muda yang berkarakter dengan cara mendekatkan generasi muda kepada lingkungan agar mereka lebih mencintai lingkungan hidup, Olah raga Panjat Tebing menjadi populer di Aceh Tengah, sehingga tidak berlebihan jika beliau terpilih sebagai Ketua Harian Pengcab FPTI di Aceh Tengah.
“Jujuk” Alumni Universitas Islam Bandung-Jawa Barat dan USU-Medan ini juga kerap kali mejadi nara sumber dalam kegiatan Disaster Mitigation Training (DMT). Berbicara soal MDT (Training Mitigasi Bencana) beliau mengatakan “Harga diri sebuah bangsa adalah ketika bangsa itu bisa mandiri dalam segala hal, melalui Disaster Mitigation Training (Training Mitigasi Bencana) kita bisa menumbuhkan semangat, kesadaran serta pemahaman yang baik tentang berbagai hal dalam menghadapi dan menangani bencana, sebagai bentuk kepedulian bersama terhadap pengurangan resiko dan penanggulangan bencana alam.
“Untuk menghadapi potensi dan kompleksitas bencana di Indonesia perlu adanya upaya peningkatan ketahan komunitas dalam pengurangan resiko bencana yang mengacu pada perangkat legal berupa Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penaggulangan bencana, dengan menggunakan parameter monitoring penerapan Hyogo Framework for Action 2005-2015 (HFA) yang dikembangkan oleh United Nation-International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR), dirasa perlu upaya pengembangan komunitas dalam upaya pengurangan resiko becana di Indonesia, terutama di dataran tinggi gayo”, demikian Zumara W Kutarga menjelaskan.
Kepiawaiannya dalam berkomunikasi, melayani dan membantu banyak kalangan telah membawa “Jujuk” sebagai salah satu sosok yang bergaul disemua lapisan, berbicara Kopi Gayo, beliau mengatakan “Kopi Gayo itu seperti KTP” Selalu ada dan dibawa kemanapun kita pergi. Hal ini dilakukan bukan saja sebagai persediaan bagi kebutuhan sendiri, tetapi juga sebagai media untuk “memperkenalkan/mempromosikan” wilayah gayo dan potensinya kepada kenalan baru. “Bagi saya Kopi itu bukan hanya sebuah komoditas pertanian, lebih dari itu, kopi adalah media untuk memperluas komunitas pergaulan dan persahabatan, lebih penting lagi Kopi Gayo adalah komoditas ekonomi yang harus terus di populerkan, dan ini menjadi tugas kita bersama”
Beliau juga mengajak semua kalangan untuk aktif membantu mempromosikan parawisata dan budaya gayo di luar daerah, agar satu ketika dataran tinggi gayo menjadi tujuan wisata bukan hanya oleh wisatan domestik tetapi juga wisatawan manca Negara, dan salah satunya melalui Kopi Gayo. Menurut beliau “Bagaimana usaha kita bersama agar nilai ekonomi kopi gayo terus meningkat, sehingga petani kopi menjadi terbantu dan mendapatkan harga yang sesuai”. Selama ini masyarakat kita secara umum masih menjual kopi dalam bentuk biji, karena kopi gayo adalah komoditas ekspor maka harganyapun sangat ditentukan oleh pasar internasional.
Semua kita dimanapun berada, pastikan melangkapi diri dengan bubuk kopi gayo “Kopi Gayo seperti KTP” Karena dengan cara itu kita bisa memperkenalkannya disemua tempat kepada semua kalangan, karena impian terbesarnya adalah Kopi Gayo menjadi “Primadona” di negeri sendiri karena dengan cara itulah harga kopi dalam waktu yang panjang tidak semata-mata ditentukan oleh pasar global. Kita semua harus tahu kopi gayo yang keluar daerah adalah kopi dengan kualitas baik, dan mengalami nasib yang memprihatinkan ketika harus berganti merk dan berganti karung sampai di kota medan sebelum memasuki pasar internasional.
Karya Photografi yang beliau publikasikan tentang keindahan dan serba serbi dataran tinggi gayo melalui media online, adalah merupakan cara lain dalam mempromosikan kawasan ini. “Foto-foto itu hanyalah bagian dari hoby namun demikian saya bersyukur jika foto-foto itu bisa memberikan informasi baru kepada masyarakat yang belum pernah berkunjung ke dataran tinggi gayo, tentu kami dan seluruh warga masyarakat di wilayah gayo akan melayani mereka dengan ramah dan santun” terkait adakah rencana untuk menggelar pameran tunggal atas karya photografi itu beliu mejawab singkat “kita lihat saja nanti…semoga ya hahaha”.
Terkait rencana kedepan dalam karirnya sebagai salah seorang birokrat di Aceh Tengah. dengan rendah hati Zumara W Kutarga, ST. M.Si ini mengatakan “ Saya hanyalah seorang staf, seorang pekerja, dan saya tidak akan pernah bisa bekerja sendiri, kalaupun ada keberhasilan, ini adalah keberhasilan bersama, jika ada yang masih kurang, kita harus terus berbenah diri “Jika anda ingin menjadi raja di satu masa, maka mulailah belajar melayani sejak hari ini” Demikian Zumara W Kutrga menutup dialog dengan Kenbumi Online/[Ridha Fuadi]
Tags
Beranda