Gambar_Langit

Trending

Dua Pasangan Saja: Saatnya Rakyat Indonesia Memilih Presiden Yang Ideal

Pilpres 2014 tidak lama lagi akan digelar untuk menentukan presiden pilihan rakyat Indonesia antara Jokowi dengan Prabowo yang akan dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014. Kita sebagai rakyat Indonesia tentu akan ikut serta mengikuti pemilu presiden untuk turut menentukan arah dan masa depan bangsa Indonesia tercinta untuk 5 tahun ke depan.

Capres  Jokowi akan berpasangan dengan Jusuf Kalla sebagai cawapres. Capres Prabowo akan berpasangan dengan Hatta Rajasa sebagai cawapres. Mereka semua adalah putra-putra terbaik bangsa Indonesia yang akan memimpin negara kita, terlepas dari segala kelebihan dan kekurangannya, pasangan inilah yang sudah ditetapkan sesuai proses dan mekanisme yang berlaku.
 
Perolehan Suara dan Persentase Nasional
  1. PDIP 23.681.471 suara (18,95%)
  2. Golkar 18.432.312 suara (14,75%)
  3. Gerindra 14.760.371 suara (11,81%)
  4. Partai Demokrat 12.728.913 suara (10,9%)
  5. PKB 11.298.950 suara (9,04%)
  6. PAN 9.481.621 suara (7,59%)
  7. PKS 8.480.204 suara (6,79%)
  8. Nasdem 8.402.812 suara (6,72%)
  9. PPP 8.157.488 suara (6,53%)
  10. Hanura 6.579.498 suara (5,26%)
  11. PBB 1.825.750 suara (1,46%)
  12.  PKPI 1.143.094 suara (0,91%)
Apa makna yang terefleksi dari angka perolehan tersebut?.  Setidaknya ada tiga pesan utama yang dapat kita tangkap;
 
Pertama, masyarakat sudah semakin cerdas dalam menentukan pilihan sesuai pertimbangan logis dan realistis.  Hal ini ditunjukkan oleh keberagaman pilihan dan penyebaran sikap politik masyarakat yang semakin terdistribusi merata dan tidak terkonsentrasi pada satu partai karena alasan emosional misalnya mengikuti trend atau terkesima oleh popularitas tokoh partai.
 
Kedua, perolehan ini juga menunjukkan rasa ketidakpuasan dan kekecewaan masyarakat terhadap partai besar dan partai penguasa yang selama ini tidak kunjung memberikan solusi konkrit bagi kesejahteraan rakyat, bahkan malah berbuat sebaliknya.  Sebagian masyarakat mulai kapok dengan partai besar sehingga memilih untuk mencari alternatif baru yang mengusung semangat perubahan atau kembali kepada nilai-nilai ideologis tradisional yang dimilikinya dengan memberikan mandat kepada partai tengah seperti PKB, PAN dan PPP yang suaranya meningkat signifikan.
 
Ketiga, ini yang perlu diperhitungkan juga bahwa sebagian masyarakat belum terlalu yakin dengan sosok calon-calon presiden  yang saat ini dimunculkan, dan mencoba mencari dan berharap hadirnya calon-calon alternatif penyeimbang yang tidak kalah bobot dan kapasitasnya dengan memilih partai lain yang belum memperjelas siapa calon presiden definitifnya.  Alasan terhadap hipotesa ini sangat sederhana, jika sebagian besar masyarakat sudah sangat yakin dengan Jokowi, ataupun Prabowo maka pastilah partainya menang mutlak misalnya di atas 30%.tepai faktanya Jokowi yang di dukung PDIP telah memperoleh dukungan 18, 95% dan Prabowo yang di usung Gerindra 11,81%, walaupun sesungguhnya tidak ada jaminan pemilih partai tertentu waktu pemilu legislatif akan konsisten memilih capres yang diusungnya.
 
Jika rakyat pemilih saat pemilu legislatif akan konsisten memilih capres yang diusungnya, maka jumlah pemilih yang diperkirakan akan memilih Prabowo atau memilih Jokowi adalah 11,81% + 18,95% = 30,76% saja. Jika seseorang sebagai contoh memilih Partai Nasdem saat pileg yang sekarang mengusung Jokowi-Jusuf Kalla, tentu tidak bisa dipastikan akan memilih Jokowi, bisa saja memilih Prabowo-Hatta. artinya masih ada sekitar 69,28% Suara pemilih yang harus diperebutkan oleh pasangan Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta. dukungan partai koalisi secara kelembagaan baru akan epektif jika dilakukan dalam kerangka tugas-tugas legislatif (DPR). 
 
Pengaruh partai koalisi dalam pemilihan presiden, walau tidak bisa disebut tidak berpengaruh kepada calon pemilih, tetap saja hasilnya tidak bisa dipastikan, karena secara umum ditemukan pemilih saat Pileg bukan selalu berbasis ideologi partai, tapi banyak unsur-unsur berpengaruh: Kekerabatan, suku, budaya, agama dan ekonomi.
 
Akibat perolehan suara yang terdistribusi merata dan tidak menonjol untuk satu partai, maka tidak ada pilihan lain bagi setiap partai kecuali untuk membentuk koalisi yang pas dalam menghadapi Pemilihan Presiden pada bulan Juli mendatang.  Harapannya adalah jangan ada lagi koalisi populis yang hanya terkonsentrasi pada satu nama capres.  Pengalaman menunjukkan bahwa eforia yang berlebihan dan emosional terhadap satu tokoh selalu berakhir dengan kekecewaan.
 
Di satu sisi, masyarakat ingin menimbang lebih dalam bagaimana partai pemenang pemilu dengan tokoh capresnya yang sangat popular dapat mempresentasikan keseriusan komitmen untuk berubah sehingga tidak kembali akan mengecewakan rakyat sebagai pemilih.  Pada sisi yang lain, masyarakat pun merindukan calon alternatif yang bisa menjanjikan komitmen yang berujung kepada kesejahteraan riil bangsa ini.  Jadi, koalisi yang ideal adalah koalisi yang dapat mempertegas posisi partai dalam menjawab kekecewaan masyarakat selama ini, serta koalisi yang mampu menjanjikan perubahan ke arah yang lebih baik. Maka, seyogyanya koalisi partai yang telah terjadi merupakan hasil   perhitungan cermat dari setiap partai.
 
Koalisi Yang Dipimpin PDIP
Koalisi ini telah dapat dibentuk oleh partai pemenang pemilu yaitu PDIP dengan menggandeng Partai Nasdem, PKB dan Hanura  Perolehan suara dari keempat partai ini adalah dominan diangka 39,97%
  1. PDIP 23.681.471 suara (18,95%)
  2. PKB 11.298.950 suara (9,04%)
  3. Nasdem 8.402.812 suara (6,72%)
  4. Hanura 6.579.498 suara (5,26%)
Dari keempat Partai politik diatas dengan platform dan ideology partai yang hampir seragam yaitu mengobarkan semangat nasionalisme dan NKRI, maka koalisi ini dapat merepresentasikan partai besar yang akan berkomitmen untuk tidak akan mengecewakan massa pemilihnya di masa mendatang agar tidak terjadi lagi keraguan dan kekecewaan lebih lanjut  pada pemilu 2019 nanti.  Pasangan Capres-Cawapres yang telah diusung oleh koalisi ini adalah  Jokowi-Jusuf Kalla.
 
Koalisi Yang Dipimpin Gerindra
Koalisi dibawah pimpinan Gerindra adalah dengan format yang beragam, Gerindra, PAN, PPP, dan PKS. serta kemungkinan akan didukung oleh 2 partai peserta pemilu lainnya Golkar dan pada masanya oleh Demokrat. Koalisi ini tidak kalah menarik dan kuatnya, yaitu 32,72% saat mengusung Prabowo-Hatta Rajasa, dan kemungkinan akan ada tambahan dukungan di parlemen dari Golkar dan Demokrat 25,65% lagi.
  1. Golkar 18.432.312 suara (14,75%)
  2. Gerindra 14.760.371 suara (11,81%)
  3. Partai Demokrat 12.728.913 suara (10,9%)
  4. PAN 9.481.621 suara (7,59%)
  5. PKS 8.480.204 suara (6,79%)
  6. PPP 8.157.488 suara (6,53%)
Pemilu presiden 2014 bisa dipastikan rakyat akan semakin dewasa dan berdaulat dalam menentukan pilihan terbaiknya, karena masyarakat disuguhkan dengan calon yang berimbang dan sama-sama berkualitas.  Pun, masyarakat memiliki pilihan kecenderungan untuk melihat garis nyata perbedaan setiap program dan calon yang ditawarkan.
 
Apa Yang Harus Dilakukan Presiden Terpilih 
Jika  Joko Widodo atau Prabowo Subianto berkesempatan memimpin Indonesia lima tahun ke depan, tentu harus melanjutkan program-program pemerintahan Presiden SBY yang dianggap sudah baik dan berpihak kepada rakyat, seterusnya mengimplementasikan program-program baru yang lebih progresif bagi kehidupan bangsa dan bernegara.
 
Penulis ingin menitipkan 6 dasar pemikiran untuk Indonesia Hebat, Indonesia Berdaulat, dan Indonesia yang makmur berkeadilan:
  1. Pemimpin adil dan melindungi: Sebagai pribadi sekaligus Presiden yang tidak membedakan-suku bangsa dan agama, meletakkan kepentingan Negara dan rakyat diatas kepentingan pribadi dan keluarga, melindungi segenap tanah air dan tumpah darah indonesia, dan terlibat aktif dalam percaturan global dan perdamaian dunia, hanya karena itulah akan dicintai dan dikenang rakyat sepanjang sejarah.
  2. Memastikan Pengusaha yang jujur: Kejujuran pemilik modal capital yang dalam melakukan usaha, menghindari kolusi dan nepotisme dengan pemerintah, dengan memastikan ekonomi yang berkeadilan sosial, pengusaha yang jujur akan mempersempit jurang antara yang kaya dan yang miskin karena semakin tersedia dan terbuka kesempatan kerja
  3. Memastikan dan mengupayakan Militer yang kuat: Membangun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang kuat termasuk alat utama dan sistem persenjataannya, sehingga Militer kita diperhitungkan oleh kawan mapun oleh lawan, dengan menempatkan Perwira terbaik pada jabatannya, dengan cara itulah kawasan teritorial dan keamanan nasional Indonesia bisa dijamin.
  4. Memastikan Pendidikan yang bermutu: Pendidikan yang mempriortaskan olah pikir, olah rasa dan olah raga secara berimbang, pendidikan yang berorientasi substantif bukan pendidikan yang berorintasi kepada administratif yang mengukur keberhasilan pendidikan semata-mata di atas data-data.
  5. Memastikan Rakyat sipil yang berwibawa, yang bangga sebagai warga Negara Indonesia (civil society) rakyat yang memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya, rakyat yang bebas dan bertanggung jawab dibawah pengawasan hukum dan hak-hak azasi manusia
  6. Memastikan Balancing Power: Menyemimbangkan 5 kekuatan ini untuk Indonesia yang hebat, Indonesia yang berdaulat, Indonesia yang membanggakan bukan hanya oleh kita tetapi juga membanggakan bagi dunia. Karena jika salah satunya yang lebih dominan maka stabilitas politik dan ekonomi sebagai syarat menuju kemakmuran yang berkeadilan akan semakin sulit untuk diraih.
Semoga, bangsa ini tidak terjebak lagi ke dalam kontentasi pilpres yang berdasarkan trend dan idola ketokohan, tetapi benar-benar masuk ke wilayah pilpres yang bermartabat dan berkualitas! ./[iP] *belajar menelaah dari pengetahuan yang terbatas*

Pembelajar

Blog ini kami buat sebagai sarana untuk bersiraturahim dan sebagai media belajar bagi sesama kita semua. Semoga bermanfaat, Amin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
Gambar_Langit
Gambar_Langit
Gambar_Langit

Formulir Kontak